Archive for Agustus, 2010

titipan sahabat

asi@presidency.com
111122

ratih@collector.org
111122

rysa@168city.com
111122

puisi aku sedih

Duka itu kini kian sering mengunjungi hati
Gerbang hati yang dulu kokoh kini runtuh oleh nyanyian duka
Akankah duka ini terus menyayat hati
Hingga hati tak kuasa lagi tuk meratap

Wahai gulita……..
Mengapa kau datang dan tebarkan luka
Mengapa hati ini yang kau jadikan tempat tuk bersinggah
Tiadakah kau iba melihat ratapannya
Hingga kapan kau kan menyiksa ia

Wahai duka yang terus menghantui jiwa
Hentikan tebaran panahmu yang kan menghancurkan ia
Jiwa ini kini kian lemah
Hingga tak kuasa ia tuk menopang langkahnya

Wahai jiwa yang tengah berduka
Jangan kalah oleh hantaman duka
Dimana sinaran yang dulu kerap menerangi jiwa
Jangan padamkan ia
Kembalikan sinaran cerahnya
Agar hati ini dapat kembali menatap indahnya dunia

tugas geografi:identifikasi persebaran flora di indonesia

QuantcastPersebaran flora di Indonesia terbentuk karena adanya peristiwa geologis yang terjadi pada jutaan tahun yang lalu, yaitu pada masa pencairan es (zaman glasial). Pada saat itu terjadi pencairan es secara besar-besaran yang menyebabkan naiknya permukaan air laut di bumi, hal ini menyebabkan beberapa wilayah yang dangkal kemudian menjadi tenggelam oleh air laut dan membentuk wilayah perairan yang baru.

Beberapa wilayah perairan baru di sekitar Indonesia yang terbentuk pada masa berakhirnya zaman glasial itu adalah Laut Jawa yang terdapat di daerah Dangkalan Sunda dan Laut Arafuru yang terdapat di daerah Dangkalan Sahul. Terbentuknya perairan baru di daerah dangkalan tersebut menyebakan flora yang semula dapat dengan bebas bermigrasi akhirnya terhambat oleh perubahan kondisi geologis.

Jenis tumbuhan yang tersebar di wilayah Indonesia meliputi hutan tropis, hutan musim,  hutan pegunungan, hutan bakau dan sabana tropis. Persebaran flora di wilayah Indonesia itu sendiri terbagi ke dalam 4 kelompok besar wilayah flora Indonesia, yaitu :

1. Wilayah Flora Sumatra-Kalimantan

Tersebar di pulau Sumatra dan Kalimantan serta pulau-pulau kecil di sekitarnya (Nias, Enggano, Bangka, Belitung, Kep. Riau, Natuna, Batam, Buton dll). Contoh flora khas yang tumbuh adalah Bunga Bangkai (Raflesia Arnoldi)

Bunga Bangkai (Raflesia Arnoldi)Bunga Bangkai (Raflesia Arnoldi)

2. Wilayah Flora Jawa-bali

Tersebar di pulau Jawa, Madura, Bali dan kepulauan-kepulauan kecil disekitarnya (Kepulauan Seribu, Kep. Karimunjawa). Contoh flora khas yang tumbuh adalah pohon Burohal (Kepel)

Pohon Burahol (kepel)Pohon Burahol (kepel)

3. Wilayah Flora Kepulauan Wallacea

Tersebar di pulau Sulawesi, Timor, Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara. Contoh flora yang tumuh adalah pohon Sagu

Pohon SaguPohon Sagu

4. Wilayah Flora Papua

Meliputi wilayah pulau Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Contoh Flora Khas tumbuh adalah Uacalyptus, sama dengan jenis tumbuhan yang tumbuh di daerah Queensland Australia Utara.

eucalyptus

PENGENDALIAN SOSIAL

PENGENDALIAN SOSIAL

I. Pengertian Pengendalian Sosial
Manusia dalam kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi tersebut adakalanya timbul masalah, misalnya terjadi salah paham lalu berkelahi. Benar tidak ? Bagaimana kalau timbul masalah ? Tentunya kita semua berharap masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan akan kembali pada situasi dan kondisi semula, sehingga akan terwujud suatu keseimbangan sosial ( social equilibrium). Untuk menciptakan keseimbangan sosial tersebut diperlukan upayaupaya menghilangkan penyimpangan-penyimpangan sosial seperti yang pernah Anda pelajari dari modul terdahulu.
Dari gambar di atas seseorang yang melerai perkelahian tersebut melakukan pengendalian sosial demi terciptanya kembali keadaan keseimbangan sosial, yang terwujud melalui perdamaian kembali kedua orang yang berkelahi. Berikut ini beberapa definisi tentang pengendalian sosial. Menurut Berger (1978) Pengendalian Sosial adalah: berbagai cara yang
digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang. Roucek (1965) mengemukakan bahwa Pengendalian Sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana dimana individu dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup suatu kelompok. Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang didalam masyarakat disebut pengendalian sosial ( Social Control). Bagaimana, Anda sudah paham? Bagus, bila Anda sudah paham. Untuk lebih memahami marilah kita lanjutkan belajar tentang pengendalian sosial dengan penjelasan mengenai cakupan pengendalian sosial.

II. Cakupan Pengendalian Sosial
Siapa saja yang terlibat dalam pengendalian sosial? Yang terlibat dalam pengendalian sosial bisa seorang individu atau kelompok individu/manusia. Contohnya sebagai berikut:
1. Pengawasan antar individu.
Contoh:
– Amir menyuruh adiknya agar berhenti berteriak-teriak.
– Tono mengawasi adiknya agar tidak berkelahi.
– Polisi memerintahkan memakai helm pada seorang pengendara sepeda motor.
Dari contoh di atas Amir, Tono dan Polisi sebagai individu (manusia seorang diri) pengendali sosial, yang mengendalikan individu lain.
2. Pengawasan individu dengan kelompok.
Contoh:
– Guru mengawasi ujian di kelas.
– Polisi mengatur lalu lintas.
– Bapak memerintah anak-anaknya untuk segera belajar daripada ribut terus.
Dari contoh di atas guru, polisi, dan bapak sebagai individu yang melakukan pengendalian sosial terhadap kelompok individu, yaitu murid, pengguna jalan dan anak-anak.
3. Pengawasan kelompok dengan individu.
Contoh:
– Bapak dan Ibu Pranoto selalu mengontrol perilaku anak tunggalnya.
– Sekelompok orang menyuruh turun pada seorang anak yang memanjat tiang listrik.
– Kawanan massa menghajar seorang pencopet.
Dari contoh di atas Bapak dan Ibu, sekelompok orang dan kawanan massa merupakan kelompok pengendali sosial terhadap seorang individu, yaitu anak tunggal, seorang anak dan seorang pencopet.
4. Pengawasan antar kelompok.
Contoh:
– Dua perusahaan yang melakukan joint venture (patungan) selalu melakukan saling pengawasan.
– Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memeriksa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).
– Dua atau lebih negara berkembang bergabung dalam pengawasan peredaran obat-obatan terlarang.
Dari contoh di atas, ada kelompok orang dalam perusahaan, BPK dan Negara yang mengawasi atau sebagai pengendali sosial kelompok lain yaitu perusahaan, Depdiknas dan negara berkembang. Demikianlah, Anda kini telah mengetahui 4 hal cakupan pengendalian sosial.
Cobalah cari contoh-contoh lain agar Anda lebih memahaminya.

III. Sifat Pengendalian Sosial
Bagaimana masyarakat melakukan pengendalian sosial terhadap perilaku anggotanya?
Ada 2 sifat yang dipakai dalam pengendalian sosial. Dua sifat dalam pengendalian sosial tersebut yaitu :
1. Preventif: yaitu pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadi pelanggaran, artinya mementingkan pada pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran.
Contoh:
– Untuk mencegah anaknya berkelahi Ibu Amir menyuruh anak-anaknya tidak bermain di luar rumah.
– Tidak bosan-bosannya guru menasehati murid-muridnya untuk segera pulang dan tidak nongkrong-nongkrong dulu di jalanan; untuk menghindari terjadinya tawuran pelajar, merokok atau terlibat narkoba.
2. Represif: adalah pengendalian sosial yang dilakukan setelah orang melakukan suatu tindakan penyimpangan ( deviasi).
8. Pengendalian sosial ini bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum terjadinya tindakan penyimpangan.
Contoh:
– Berulangkali Ibu Tono menasehati agar Tono tidak berkelahi, namun suatu hari kemudian Tono berkelahi juga. Betulkah itu contoh pengendalian social represif? Jelas itu salah! Mengapa? Karena nasehat kepada Tono dilakukan sebelum Tono berkelahi.
Contoh pengendalian represif yang betul, misalnya :
– Hakim menjatuhkan hukuman kepada terpidana.
– Pak Rudi di PHK karena korupsi.
Dari contoh tersebut, terpidana dan Pak Rudi mendapat hukuman dan PHK setelah melakukan tindakan penyimpangan. Nah, Anda kini telah mengerti dua sifat pengendalian sosial. Cobalah Anda cari contoh-contoh lain agar Anda lebih memahaminya. Diskusikan dengan teman
atau guru Anda. Selamat untuk usaha Anda. Marilah sekarang kita lanjutkan belajarnya. Tahukah Anda mengapa perlu pengendalian sosial? Apa tujuannya? Nah, untuk itu marilah kita bahas tujuan pengendalian sosial.

IV. Tujuan Pengendalian Sosial
Tahukah Anda apa tujuan masyarakat melakukan pengawasan terhadap perilaku dan tindakan para anggotanya? Tulislah jawaban Anda pada kertas tersendiri dan jangan melihat jawabannya dahulu untuk menguji kemampuan Anda sendiri. Nah, sekarang cocokkan jawaban Anda dengan jawaban berikut:
Tujuan pengendalian sosial adalah terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas dan perubahan di dalam masyarakat. Sebelum terjadi perubahan, dalam masyarakat sudah terkondisi suatu keadaan yang stabil, selaras, seimbang dan sebagainya. Dengan adanya perubahan, menyebabkan terjadi keadaan yang tidak stabil. Tujuan pengendalian sosial untuk memulihkan keadaan yang serasi seperti sebelum terjadinya perubahan. Apakah jawaban Anda betul atau mendekati pengertian di atas? Bagus bila demikian. Alangkah damai, tentram dan amannya kehidupan kita seandainya semua anggota masyarakat menyadari sepenuhnya untuk melaksanakan keteraturan, keserasian dan ketertiban social. Dengan demikian kita tidak perlu
terlalu banyak melakukan pengendalian sosial. Setuju! Sekarang, coba amati keadaan masyarakat di lingkungan Anda. Catat kejadian-kejadian yang termasuk dalam wujud cakupan pengendalian sosial, serta kejadian-kejadian yang termasuk sifat-sifat pengendalian sosial.
Kalau sudah Anda temukan dan catat, saya salut pada Anda ! Namun, apakah contoh wujud cakupan pengendalian sosial yang Anda catat beserta sifat pengendalian sosialnya sudah benar?
Ada 4 cakupan pengendalian sosial yaitu:
1. pengendalian sosial antar individu;
2. pengendalian sosial individu terhadap kelompok;
3. pengendalian sosial kelompok terhadap individu;
4. pengendalian sosial antar kelompok.
Apakah kejadian-kejadian yang Anda temukan tersebut menunjukkan ke 4 hal di atas ?
Ada dua sifat pengendalian social:
1. Preventif: sebelum terjadi pelanggaran.
2. Represif: setelah terjadi pelanggaran.
Apakah kejadian-kejadian yang Anda temukan menunjukkan ke 2 sifat itu?
TEKNIK-TEKNIK PENGENDALIAN SOSIAL
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini Anda diharapkan dapat:
1. menguraikan cara-cara pengendalian sosial;
2. mengkategorikan bentuk-bentuk pengendalian sosial.
I. Cara-cara Pengendalian Sosial
Belakangan ini kalau kita membaca koran sering mendapat berita terjadinya tawuran antara kelompok masyarakat yang kadang-kadang berbau SARA (Suku, Agama, Ras, antar golongan). Cara pengendalian sosial apakah yang sebaiknya dilakukan kelompok masyarakat tersebut?
Bagaimana cara Anda mengatasinya bila itu terjadi di lingkungan Anda? Berikan dua cara yang dapat Anda lakukan. Sekarang cocokkan jawaban Anda, apakah sesuai dengan cara-cara berikut.
A. Cara Persuasif
Cara persuasif lebih menekankan pada usaha untuk mengajak atau membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku dimasyarakat. Terkesan halus dan menghimbau. Aspek kognitif (pengetahuan) dan afektif (sikap) sangat ditekankan.
Contoh:
1. Para tokoh masyarakat membina warganya dengan memberi nasehat kepada warga yang bertikai agar selalu hidup rukun, menghargai sesama, mentaati peraturan, menjaga etika pergaulan, dan sebagainya.
2. Seorang ibu dengan penuh kasih sayang menasehati anaknya yang ketahuan mencuri. Ibu itu berusaha memberi pengertian pada anaknya bahwa mencuri itu perbuatan yang tercela dosa dan sangat merugikan orang lain. Mencuri itu akan berakibat buruk pada kehidupannya kelak. Ia
akan menjadi orang terkucil dan tersingkir dari masyarakat.
3. Seorang guru membimbing dan membina muridnya yang ketahuan merokok di sekolah. Guru tersebut dengan penuh kewibawaan dan kesabaran menanamkan pengertian bahwa merokok itu merusak kesehatan dan juga merugikan orang lain, selain itu juga merupakan pemborosan.

B. Cara Koersif
Cara koersif lebih menekankan pada tindakan atau ancaman yang menggunakan kekerasan fisik. Tujuan tindakan ini agar si pelaku jera dan tidak melakukan perbuatan buruknya lagi. Jadi terkesan kasar dan keras. Cara ini hendaknya merupakan upaya terakhir sesudah melakukan cara persuasif, contoh:
1. Agar para perampas sepeda motor jera akan perbuatannya, maka ketika tertangkap masyarakat langsung mengeroyoknya. Tindakan tersebut sebenarnya dilarang secara hukum, karena telah main hakim sendiri. Namun cara tersebut dilakukan masyarakat dengan maksud agar para perampas sepeda motor lainnya takut untuk berbuat serupa.
2. Peraturan hukum dari negara tertentu yang memberlakukan hukuman cambuk, rajam, bahkan hukuman mati bagi pelaku kejahatan, agar para pelaku kejahatan atau orang yang akan berniat jahat jera dan takut melakukan tindak kejahatan. Bagaimana, apakah Anda sudah paham? Bagus! Kami harap Anda sudah paham dan mengerti betul dua cara pengendalian sosial tersebut. Supaya tertanam kuat pada benak Anda tentang kedua cara pengendalian sosial yang telah kita pelajari tadi, perhatikan dan amati gambar berikut. Gambar manakah cara persuasif dan mana yang cara koersif ?
Bila Anda menjawab gambar 1 adalah cara pengendalian sosial persuasive dan gambar 2 adalah cara pengendalian sosial koersif,
C. Cara Pengendalian Sosial Melalui Sosialisasi
Cara pengendalian sosial melalui sosialisasi dikemukakan oleh Froman pada tahun 1944 sebagai berikut: “Jika suatu masyarakat ingin berfungsi secara efisien, maka mereka harus
melakukan perannya sebagai anggota masyarakat”. Melalui sosialisasi mereka dapat menjalankan peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Misalnya, sejak kecil seseorang dididik melakukan kewajiban yang ada di lingkungan keluarga seperti membersihkan rumah dan merapikan kamar, lambat laun akan timbul rasa senang dalam diri anak tersebut jika sudah melakukan kewajibannya. Apabila si anak tersebut sudah besar dan hidup di lingkungan yang lebih luas, ia akan terbiasa berperan sesuai dengan status yang ia sandang. Melalui sosialisasi seseorang diharapkan dapat menghayati (menginternalisasikan) norma-norma, nilai di masyarakat dan menerapkan dalam perilakunya sehari-hari.
D. Cara Pengendalian Sosial Melalui Tekanan Sosial
Cara pengendalian sosial melalui tekanan sosial dikemukakan oleh Lapiere pada tahun 1954. Lapiere berpendapat bahwa pengendalian sosial merupakan suatu proses yang lahir dari kebutuhan individu akan penerimaan kelompok. Kelompok akan sangat berpengaruh jika anggotanya sedikit dan akrab. Keinginan kelompok dapat digunakan untuk menerapkan norma-norma yang ada agar para anggotanya dapat merealisasikannya. Misalnya, pandangan masyarakat konservatif yang masih menganggap perlu diadakannya upacara adat secara seremonial. Mereka cenderung tetap melaksanakannya daripada melanggarnya. Bagaimana, apakah uraian di atas dapat Anda pahami? Bagus kalau Anda sudah paham tentang cara-cara pengendalian sosial seperti yang telah diuraikan tersebut. Mari kita lanjutkan belajarnya!

II. Bentuk-bentuk Pengendalian Sosial
Bentuk-bentuk pengendalian sosial antara lain:
1. Desas-desus (Gosip)
Merupakan “kabar burung” atau “kabar angin” yang kebenarannya sulit dipercaya. Namun dalam masyarakat pengendalian sosial ini sering terjadi. Gosip sebagai bentuk pengendalian sosial yang diyakini masyarakat mampu untuk membuat pelaku pelanggaran sadar akan perbuatannya dan kembali pada perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma dalam masyarakat. Gosip kadang dipakai sebagai alat untuk mendongkrak popularitas seseorang, misalnya artis, pejabat, dsb.
2. Teguran
Merupakan peringatan yang ditujukan pada pelaku pelanggaran. Bisa dalam wujud lisan maupun tulisan. Tujuan teguran adalah membuat si pelaku sesegera mungkin menyadari kesalahannya. Misalnya, seorang guru menegurmuridnya yang sering ngobrol pada waktu belajar di kelas. Adakalanya juga memberikan surat pemanggilan orang tuanya untuk ke sekolah.
3. Hukuman ( Punishment)
Adalah sanksi negatif yang diberikan kepada pelaku pelanggaran tertulis maupun tidak tertulis. Pada lembaga formal diberikan oleh Pengadilan, pada lembaga non formal oleh Lembaga Adat.
4. Pendidikan
Pengendalian sosial yang telah melembaga baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Pendidikan membimbing seseorang agar menjadi manusia yang bertanggung jawab dan berguna bagi agama, nusa dan bangsanya. Seseorang yang berhasil di dunia pendidikan akan merasa kurang enak dan takut apabila melakukan perbuatan yang tidak pantas atau menyimpang bahkan melanggar peraturan. Contoh: setelah Tono terpilih menjadi pelajar teladan ia sangat menjaga perilakunya dengan baik, untuk tidak melanggar tata tertib, bertutur kata baik, mengerjakan tugas dan kewajibannya sebagai pelajar dengan penuh tanggung jawab.
5. Agama
Merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagai pemeluk agama seseorang harus menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan. Contoh: jika seseorang meyakini dan patuh pada agamanya, maka dengan sendirinya perilakunya terkendali jauh dari perilaku menyimpang atau melanggar peraturan. Misalnya, tidak akan memfitnah, korupsi, berjudi, mencuri, dsb.
6. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik akan dijalankan sebagai alternatif terakhir dari pengendalian sosial, apabila alternatif lain sudah tidak dapat dilakukan. Namun banyak kejadian, perlakuan ini terjadi tanpa melakukan bentuk pengendalian sosial lain terlebih dahulu.
Contoh:
– Pencuri dihajar massa dan tidak diserahkan pada polisi.
– Rumah dukun santet dibakar.
– Petugas keamanan menembak perusuh tanpa tembakan peringatan terlebih dahulu.
Apakah gambar tersebut termasuk dalam salah satu cara pengendalian sosial yang Anda telah pelajari? Kalau termasuk, cara yang mana? Termasuk dalam bentuk pengendalian sosial apa? Berikan alasan Anda! Bagus! Anda telah berpikir serius. Kalau sudah Anda ketahui jawabannya, mari kita coba cocokkan jawaban Anda! Ada dua jawaban yang benar, yaitu:– Demonstrasi termasuk dalam cara pengendalian sosial persuasif! Alasannya: aksi demonstrasi merupakan cara yang lebih menekankan, mengajak atau menghimbau tanpa tindak kekerasan atau kasar.
– Demonstrasi termasuk jenis pengendalian sosial teguran!
Alasannya: merupakan peringatan yang ditujukan ke Pemerintah/pejabat yang dianggap melakukan pelanggaran dalam wujud tulisantulisan atau spanduk. Sudahkah cocok jawaban Anda? Kalau belum, coba Anda berpikir lebih mendalam lagi. Carilah pula contoh-contoh lain tentang cara pengendalian sosial beserta bentuk pengendaliannya di masyarakat sekitar Anda!
Diskusikan dengan teman dan guru pamong atau guru bina Anda! Selamat ! Materi kegiatan belajar 2 telah selesai. Untuk memperdalam peguasaan materi Anda, coba kerjakan tugas kegiatan 2. Jawaban dapat Anda cocokkan di belakang modul. Bila masih banyak yang salah, berarti Anda belum menguasai benar. Belajarlah sekali lagi!

KONSEKUENSI PENGENDALIAN SOSIAL
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini Anda diharapkan dapat:
1. menguraikan fungsi pengendalian sosial;
2. menjelaskan peranan pranata sosial atau lembaga sosial dalam pengendalian sosial;
3. menguraikan konsekuensi penggunaan teknik-teknik pengendalian sosial; dan
4. menyimpulkan konsekuensi penggunaan cara pengendalian sosial.
I. Fungsi Pengendalian Sosial
Setelah Anda memahami uraian materi pada kegiatan 1 dan 2 terdahulu, ternyata fungsi pengendalian sosial itu pada hakekatnya terdiri atas dua hal. Betulkah? Coba sekarang Anda perhatikan bahwa fungsi pengendalian sosial ada 2 hal pokok, yaitu:
1. Meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma. Usaha ini ditempuh melalui pendidikan baik formal maupun non formal. Melalui pendidikan formal ditanamkan kepada peserta didik kesadaran untuk patuh aturan, sadar hukum dan sebagainya melalui mata pelajaran-mata pelajaran yang ada. Melalui pendidikan non formal, mass media dan alat-alat komunikasi menyadarkan
warga masyarakat untuk beretika baik, tertib lalu lintas, dan sebagainya.
2. Mempertebal kebaikan norma. Hal ini dilakukan dengan cara mempengaruhi alam pikiran seseorang dengan legenda, hikayat-hikayat, cerita-cerita rakyat maupun cerita-cerita agama yang memiliki nilai-nilai terpuji, contohnya cerita Malin Kundang, cerita Nabi Sulaiman, dan sebagainya. Dengan demikian dalam pelaksanaan pengendalian sosial diperlukan sarana
atau alat yang berupa lembaga atau pranata sosial. Tahukah Anda apa peranan pranata sosial atau lembaga sosial dalam pengendalian sosial ? Untuk lebih mendalami hal tersebut marilah kita pelajari uraian berikut.

II. Peranan Pranata Sosial atau Lembaga Sosial Dalam Pengendalian Sosial
Peranan lembaga sosial atau pranata sosial dalam pengendalian sosial yang terjadi di masyarakat adalah sangat besar dan dibutuhkan, khususnya terhadapperilaku yang menyimpang demi keseimbangan sosial. Terlebih dahulu marilah kita perjelas pengertian lembaga sosial atau pranata sosial. Lembaga sosial merupakan wadah/tempat dari aturan-aturan khusus, wujudnya berupa organisasi atau asosiasi. Contohnya KUA, mesjid, sekolah,
partai, CV, dan sebagainya. Sedangkan pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan yang mengatur perilaku dan hubungan antara anggota masyarakat agar hidup aman, tenteram dan harmonis. Dengan bahasa sehari-hari kita sebut “aturan main/cara main”. Jadi peranan pranata sosial sebagai pedoman kita berperilaku supaya terjadi keseimbangan sosial. Pranata sosial merupakan kesepakatan tidak tertulis namun diakui sebagai aturan tata perilaku dan sopan
santun pergaulan. Contoh: kalau makan tidak berbunyi, di Indonesia pengguna jalan ada di kiri badan jalan, tidak boleh melanggar hak orang lain, dan sebagainya.
Jadi lembaga sosial bersifat konkret, sedangkan pranata sosial bersifat abstrak, namun keduanya saling berkaitan. Pranata sosial atau lembaga sosial apa yang terdapat dalam masyarakat yang dipakai sebagai pengendalian sosial? Pengendalian sosial itu dapat dilakukan oleh:
1. Polisi
Polisi sebagai aparat negara, bertugas memelihara keamanan dan ketertiban, mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang. Peran Polisi bukan hanya menangkap, menyidik, dan menyerahkan pelaku pelanggaran ke instansi lain seperti Kejaksaan, tetapi juga membina dan mengadakan penyuluhan terhadap orang yang berperilaku menyimpang dari hukum.
2. Pengadilan
Pengadilan merupakan alat pengendalian sosial untuk menentukan hukuman bagi orang yang melanggar peraturan. Tujuannya agar orang tersebut jera dan sadar atas kesalahan yang diperbuatnya, serta agar orang lain tidak meniru berbuat hal yang melanggar hukum atau merugikan orang lain. Sanksi yang tegas akan diberikan bagi mereka yang melanggar hukum, berupa denda, kurungan atau penjara. Ringan beratnya hukuman tergantung kesalahan pelaku menurut hukum yang berlaku.
3. Adat
Adat merupakan lembaga atau pranata sosial yang terdapat pada masyarakat radisional. Dalam hukum adat terdapat aturan untuk mengatur tata tertib tingkah laku anggota masyarakatnya. Adat yang sudah melembaga disebut tradisi. Pelanggaran terhadap hukum adat dan tradisi akan dikucilkan atau diusir dari lingkungan masyarakatnya tergantung tingkat kesalahannya berat
atau ringan.
4. Tokoh Masyarakat
Adalah orang yang memiliki pengaruh atau wibawa (kharisma) sehingga ia dihormati dan disegani masyarakat. Tokoh masyarakat diharapkan menjadi teladan, pembimbing, penasehat dan petunjuk.Ada dua macam toko masyarakat:a. tokoh masyarakat formal, misalnya Presiden, Ketua DPR/MPR, Dirjen, Bupati, Lurah, dsb; b. tokoh masyarakat informal, misalnya pimpinan agama, ketua adat,pimpinan masyarakat. Nah, kini Anda telah mempelajari tentang peranan pranata sosial di dalam masyarakat. Apakah Anda sudah paham? Bagus. Andaikan belum, coba sekali lagi ulangi mempelajarinya. Bila sudah paham, jawab pertanyaan berikut: adakah peran pranata sosial dalam pengendalian sosial di lingkunganmu? Tulislah jawabanmu dalam kertas tersendiri. Lalu, peran lembaga/pranata sosial apa saja yang ada di lingkunganmu, berikan contoh-contohnya.Jawaban Anda dapat didiskusikan dengan teman atau guru bina Anda agar Anda dapat mengetahui apakah jawaban Anda sudah benar.Mari kita lanjutkan belajar Anda dengan bahasan berikut.
III. Konsekuensi Penggunaan Teknik-teknik Pengendalian Sosial
Apa itu konsekuens? Konsekuensi adalah akibat yang harus ditanggung dari hasil perbuatan, pemecahan masalah, rencana atau langkah yang sudah diambil. Penggunaan teknik-teknik atau cara-cara pengendalian sosial telah kita pelajari pada kegiatan 2. Masih ingat? Mari kita ingat kembali. Teknik-teknik atau caracara pengendalian sosial adalah persuasif, koersif, melalui sosialisasi, melalui tekanan.
Ternyata cara-cara atau teknik-teknik dalam pengendalian sosial tersebut tidak semuanya cocok kita terapkan dalam kondisi, situasi, waktu dan tempat yang sama. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dalam penerapan cara pengendalian sosial tersebut: Konsekuensi yang harus kita tanggung dalam teknik-teknik pengendalian sosial adalah diperlukannya hukum, pendidikan, agama dan kedisiplinan individu yang betul-betul menunjang terciptanya keseimbangan sosial. Mari kita bahas satu persatu:
1. Hukum
Hukum adalah aturan yang tertulis yang mengatur hak dan kewajiban dan hubungan hukum antar manusia. Hukuman adalah penderitaan yang dijatuhkan secara resmi oleh lembaga yang berwenang terhadap pihak yang melakukan pelanggaran atau kejahatan. 24
Hukuman adalah sanksi yang negatif. Sedangkan sanksi positif disebut Rewards, yang berupa pujian, hadiah, bagi orang yang mematuhi aturan sehingga dapat dijadikan teladan. Tujuan hukuman ialah agar si pelaku menjadi jera atas perbuatannya dan menjadi baik lagi seperti keadaan sebelum ia menjadi jahat.
2. Pendidikan
Pendidikan formal maupun pendidikan informal. Pendidikan formal adalah
pendidikan melalui sekolah sedangkan pendidikan non formal melalui
pergaulan di masyarakat. Pendidikan sekolah akan mampu membentuk
perilaku manusia untuk disiplin, mematuhi tata tertib, membina hubungan
baik dengan sesama. Melalui pergaulan masyarakat sangat berpengaruh
bagi perkembangan pribadi seseorang. Pemahaman diri, pemahaman
masyarakat dan pemahaman nilai-nilai hidup akan membantu terciptanya
masyarakat yang terkendali. Pelaku pelanggaran akan berkurang kalau
masyarakat cukup berpendidikan.
3. Agama
Agama adalah bentuk hubungan pribadi antara manusia dengan Allah. Orang
yang beragama akan mencoba agar semua pikiran, ucapan dan tindakannya
sesuai dengan hukum Allah. Tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan.
Tidak saling mengganggu, tidak saling menjelekkan, tidak saling memfitnah,
tetapi saling menghargai pihak lain, menghargai bahwa ada perbedaan (hak
untuk berbeda) adalah sikap seorang pemeluk agama dalam pengendalian
sosialnya. Oleh karena itu kalau terjadi pelanggaran terhadap nilai-nilai dan
norma-norma agama seseorang akan sangat merasa berdosa dan mendapat
sanksi berat dari kelompok agamanya.

4. Kedisiplinan Individu
Masyarakat terdiri dari individu-individu. Karena itu bila semua individu mengusahakan kebenaran, kejujuran dan kedisiplinan, maka seluruh masyarakat akan menjadi tertib. Orang akan menjadi sedih, menyesal, karena merasa bersalah, berdosa, merupakan hasil mawas diri atas introspeksi. Orang yang menyesal akan berusaha memperbaiki kesalahannya, diminta
atau tidak diminta. Oleh karena itu dengan mendisiplinkan diri sendiri niscaya pelanggaran tidak pernah terjadi.Nah, bagaimana, apakah Anda sudah paham? Semoga Anda sudah mengerti
betul uraian konsekuensi menggunakan teknik-teknik pengendalian sosial. Dengan demikian Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 3 ini.
Cobalah baca sekali lagi uraian materinya, kemudian buatlah rangkuman pada
kertas tersendiri sebelum Anda mengerjakan Tugas Kegiatan 3.

RANGKUMAN :
1. Berger (1978) mendefinisikan pengendalian sosial sebagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang.
2. Roucek (1965) mengemukakan bahwa pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana dimana individu dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok.
3. Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang didalam masyarakat disebut Pengendalian Sosial ( Social Control).
4. Empat cakupan pengendalian sosial: pengawasan antar individu, pengawasan individu dengan kelompok, pengawasan kelompok dengan individu, pengawasan antar kelompok.
5. Sifat pengendalian sosial ada dua macam:
– Preventif, yaitu pengendalian sosial dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran.
– Represif, yaitu pengendalian sosial yang ditujukan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadi.
6. Tujuan pengendalian sosial: terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas dan perubahan dalam masyarakat.
7. Cara/teknik pengendalian sosial terdiri dari:
– Cara persuasif,
yaitu cara yang menekankan usaha mengajak atau membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku di masyarakat.
– Cara represif,
yaitu pengendalian sosial dengan menekankan pada tindakan atau ancaman yang menggunakan kekuatan fisik atau kekerasan.
– Cara sosialisasi,
yaitu penciptaan kebiasaan dan penanaman norma-norma, nilai-nilai masyarakat kepada individu.
– Cara tekanan sosial,
yaitu individu dalam kelompok masyarakat akan melaksanakan keinginan kelompoknya pada norma-norma yang diterapkannya.
8. Jenis pengendalian sosial:
– desas-desus
– pendidikan
– teguran – agama
– hukuman – kekerasan fisik
9. Fungsi pengendalian sosial:
– meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma;
– mempertebal kebaikan norma.
10.Peranan pranata sosial/lembaga sosial dalam pengendalian sosial :
– sebagai pedoman kita berperilaku supaya terjadi keseimbangan sosial
sekaligus pengendali aturan.
Peranan itu dilakukan oleh:
1. Polisi, 2. Pengadilan, 3. Adat, dan 4. Tokoh Masyarakat
11.Konsekuensi penggunaan cara/teknik pengendalian sosial:
Diperlukannya: hukum – pendidikan – agama – kedisiplinan individu yang betulbetul
menunjang terciptanya keseimbangan sosial.
Dalam pemahaman modul ini, adakah hal-hal yang belum Anda pahami dengan
baik? Kalau belum, segera diskusikan dengan teman Anda, atau Anda dapat mencari
sumber-sumber lain, bias juga Anda tanyakan kepada guru bina Anda. Anda pasti
sukses!

A. 1. Fungsi pengendalian sosial:
– Meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma. Usaha ini ditempuh melalui pendidikan baik formal maupun nonformal. – Mempertebal kebaikan norma. Hal ini dilakukan dengan cara
mempengaruhi alam pikiran seseorang dengan legenda, hikayat, ceritacerita rakyat, cerita-cerita agama yang memiliki nilai-nilai terpuji, seperti Malinkundang, cerita Nabi Sulaeman, dsb.
2. Peranan pranata dalam pengendalian sosial : sangat besar dan dibutuhkan khususnya terhadap perilaku yang menyimpang demi keseimbangan sosial. Pranata sosial merupakan aturan perilaku masyarakat.
3. Dampak positif persuasif bagi pelaku penyimpangan: merasa tidak dipermalukan, muncul kesadaran, enggan berbuat salah lagi. Dampak negatif persuasif bagi pelaku menyimpan: membuat jera/kapok, sadar betul kesalahannya, tertanamnya norma kuat. Dampak negatif koersif bagi pelaku menyimpang: kehilangan harta/nafkah, kesengsaraan, kesakitan, kematian, harga diri jatuh, merasa terkucil.
Lembaga Adat
2. Pengadilan
4. Tokoh masyarakat
(a). bisa dilakukan kapan saja
(b). coba-coba melanggar aturan
(c). membuat jera atau kapok
(d). kesempatan melampiaskan emosi.
Semoga jawaban Anda tidak jauh dari kunci jawaban di atas. Salut untuk usaha Anda! Semoga Anda sukses! Social equilibrium: kondisi seimbang dalam masyarakat.
Kolektif: kumpulan secara bersama-sama. Seremonial: dilakukan secara besar-besaran, meriah dan resmi. Internalisasi: masuknya unsur-unsur budaya pada seseorang. Sosialisasi: pembiasaan nilai, norma dan adat pada seseorang atau masyarakat.

Materi Diferensiasi Sosial

Materi Diferensiasi Sosial
DIFERENSIASI SOSIAL

1. Pengertian Diferensiasi Sosial
Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin.
Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah.
Perbedaan itu hanya secara horisontal. Perbedaan seperti ini dalam sosiologi dikenal dengan istilah Diferensiasi Sosial. Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya
sama. Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan atau klasifikasi masyarakat secara horisontal, mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya.
Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
Kegiatan Belajar 1
2. Ciri-ciri yang Mendasari Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ciri Fisik
Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.
Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
b. Ciri Sosial
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan.
Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.

c. Ciri Budaya
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.

3. Perbedaan Diferensiasi dengan Stratifikasi
Sebelum kita mempelajari stratifikasi sosial secara khusus pada modul mendatang, dengan melihat tabel di bawah ini secara tegas dapat kita bedakan antara diferensiasi sosial dengan stratifikasi sosial.
4. Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial
Pengelompokan masyarakat membentuk delapan kriteria diferensiasi sosial.
a. Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya, bukan budayanya.
Secara garis besar, manusia dibagi ke dalam ras-ras sebagai berikut :
1) Menurut A.L. Krober
• Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin)
• Mongoloid
– Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur)
– Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filiphina, penduduk asli Taiwan)
– American Mongoloid (penduduk asli Amerika)
• Kaukasoid
– Nordic (Eropa Utara, sekitar L. Baltik)
– Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur)
– Mediteranian (sekitar L. Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran)
– Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka)
• Negroid
– African Negroid (Benua Afrika)
– Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama orang Semang, Filipina)
– Melanesian (Irian, Melanesia)
• Ras-ras khusus (tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras pokok)
– Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan)
– Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan)
– Polynesian (kepulauan Micronesia dan Polynesia)
– Ainu (di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang)

2) Menurut Ralph Linton
• Mongoloid, dengan ciri-ciri kulit kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari Sub Ras Tionghoa (terdiri dari Jepang,
Taiwan, Vietnam) dan Sub Ras Melayu. Sub Ras Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Mongoloid Indian terdiri dari orang-orang Indian di Amerika.
• Kaukasoid, memiliki ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri dari Sub Ras Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan India.
• Negroid, dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal dan kelopak mata lurus. Ras ini dibagi menjadi Sub Ras Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis dan Hotentot-Boysesman.

b. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Apa yang dimaksud dengan suku bangsa atau etnis itu ?
Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras. Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya. Suku bangsa memiliki kesamaan
berikut :
– ciri fisik – kesenian
– bahasa daerah – adat istiadat
Suku bangsa yang ada di Indonesia antara lain :
– di Pulau Sumatera : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang, Melayu, dsb.;
– di Pulau Jawa : Sunda, Jawa, Tengger, dsb.;
– di Pulau Kalimantan : Dayak, Banjar, dsb.;
– di Pulau Sulawesi : Bugis, Makasar, Toraja, Minahasa, Toli-toli, Bolaang-Mangondow, Gorontalo, dsb.;
– di Kep. Nusa Tenggara : Bali, Bima, Lombok, Flores, Timor, Rote, dsb.;
– di Kep. Maluku dan : Ternate, Tidore, Dani, Asmat, dsb.
– Irian

c. Diferensiasi Klen (Clan)
Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi). Klen adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi pada masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal).
• Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) antara lain terdapat pada:
– Masyarakat Batak (dengan sebutan Marga)
– Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus
– Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar;
– Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara, Daulay.
– Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara lain : Mandagi, Lasut, Tombokan, Pangkarego, Paat, Supit.
– Masyarakat Ambon (klennya disebut Fam) antara lain : Pattinasarani, Latuconsina, Lotul, Manuhutu, Goeslaw.
– Masyarakat Flores (klennya disebut Fam) antara lain : Fernandes, Wangge, Da Costa, Leimena, Kleden, De- Rosari, Paeira.
• Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada masyarakat Minangkabau, Klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari kampuang-kampuang. Nama-nama klen di Minangkabau antara lain : Koto, Piliang, Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo, Kampai, dsb. Masyarakat di Flores, yaitu suku Ngada juga menggunakan sistem Matrilineal.

d. Diferensiasi Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Jadi, Diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan agama/kepercayaannya.
1) Komponen-komponen Agama
• Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.
• Sistem keyakinan, terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa, dan sebagainya.
• Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, Dewa-dewa dan Roh Nenek Moyang.
• Tempat ibadah, seperti Mesjid, Gereja, Pura, Wihara, Kuil, Klenteng.
• Umat, yakni anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.
2) Agama dan Masyarakat
Dalam perkembangannya agama mempengaruhi masyarakat dan demikian juga masyarakat mempengaruhi agama atau terjadi interaksi yang dinamis. Di Indonesia, kita mengenal agama Islam, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Disamping itu berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti Khong Hu Chu, Aliran Kepercayaan, Kaharingan dan Kepercayaan-kepercayaan asli lainnya.

e. Diferensiasi Profesi (pekerjaan)
Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai sumber penghasilan atau mata pencahariannya. Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan suatu ketrampilan khusus. Misalnya profesi guru memerlukan ketrampilan khusus, seperti : pandai berbicara, suka membimbing, sabar, dsb.
Berdasarkan perbedaan profesi kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya.
Perbedaan profesi biasanya juga akan berpengaruh pada perilaku sosialnya. Contohnya, perilaku seorang guru akan berbeda dengan seorang dokter ketika keduanya melaksanakan pekerjaannya.

f. Diferensiasi Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok perempuan atau wanita.

g. Diferensiasai Asal Daerah
Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:
– masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa;
– masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita temukan dalam hal-hal berikut ini :
– perilaku
– tutur kata
– cara berpakaian
– cara menghias rumah, dsb.
h. Diferensiasi Partai
Demi menampung aspirasi masyarakat untuk turut serta mengatur negara/berkuasa, maka bermunculan banyak sekali partai. Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan sosial, seazas, seideologi dan sealiran.

BENTUK-BENTUK DIFERENSIASI SOSIAL

BENTUK-BENTUK DIFERENSIASI SOSIAL
a. Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya, bukan budayanya.
Secara garis besar, manusia dibagi ke dalam ras-ras sebagai berikut :

b. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras. Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya.

c. Diferensiasi Klen (Clan)
Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi). Klen adalah sistem sosial yang 10 berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi pada masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal).

d. Diferensiasi Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Jadi diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan agama atau kepercayaannya.

e. Diferensiasi Profesi (pekerjaan)
Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai umber penghasilan atau mata pencahariannya. Deferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat didasarkan ada jenis pekerjaan atau profesinya biasanya berkaitan dengan keterampilan khusus. Misalnya guru memerlukan keterampilan khusus seperti pandai berbicara,suka membimbing, sabar, dsb. Berdasarkan perbedaan profesi kita mengenal kelompok masyarakat, berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya.
Perbedaan profesi biasanya juga akan berpengaruh pada perilaku sosialnya. Contohnya:perilaku seorang guru akan berbeda dengan seorang dokter ketika keduanya melaksanakan pekerjaannya.
f. Diferensiasi Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok perempuan atau wanita.
g. Diferensiasai Asal Daerah
Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:
– masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa;
– masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita temukan dalam hal-hal
berikut ini :
– perilaku
– tutur kata
– cara berpakaian
– cara menghias rumah, dsb.
h. Diferensiasi Partai
Demi menampung aspirasi masyarakat untuk turut serta mengatur negara/ berkuasa, maka bermunculan banyak sekali partai. Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan sosial, seazas, seideologi dan sealiran.

DIFERENSIASI SOSIAL

DIFERENSIASI SOSIAL

Pengertian

Diferensiasi sosial adalah pembedaan penduduk secara horisontal, parameter nominal. Diferensiasi bersifat universal, aratinya ada dalam setiap kelompok masyarakat.

Macam Macam Diferensiasi

· Diferensiasi berdasar ciri fisik (ras dan jenis kelamin)

· Diferensisi berdasar ciri sosial (profesi, pendidikan)

· Diferensiasi berdasar ciri budaya dan keyakinan (agama, suku bangsa).

Diferensiasi ras

Diferensiasi ras adalah diferensiasi dari segi perbedaan ciri-ciri fisik manusia antara lain:

· Ciri kualitatif: warna kulit, rambut, mata.

· Ciri kuantitatif: ukuran, bentuk, berat badan.

· Ciri genotipe (golongan darah, kemampuan tertentu misalnya daya penciuman terhadap zat, kemampuan menekuk lidah.

Ras menurut A.R. Kroeber terdiri dari 4 ras besar 1 kelompok ras khusus

1. Australoid

2. Mongoloid,

3. Caucasoid,

4. Negroid

5. Ras khusus à bushmen, ainu, polinesia

Diferensiasi agama

Diferensiasi agama adalah pembedaan masyarakat dari segi variasi agama yang dianut.

Agama adalah sistem terpadu yg terdiri atas kepercayaan, dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.

Bentuk diferensiasi agama misalnya dari perbedaan simbol-simbol agama, benda-denda alat keagamaan, caracara beribadah, kitab suci dsb.

Dampak diferensiasi agama kadang-kadang muncul konflik antara pemeluk agama, etnosentrisme agama.

Upaya mengatasi konflik misalnya dialog, kerjasama, toleransi.

Diferensiasi jenis kelamin

Diferensiasi jenis kelamin diferensiasi yang disebabkan adanya jenis kelamin pria-wanita dengan segala perbedaannya.

Diferensiasi jenis kelamin menyebabkan perbedaan peran, dan fungsi sosial, pekerjaan khas, gerakan feminisme dsb.

Penjelasan singkat diferensiasi sosial lainnya

Diferensiasi profesi adalah perbedaan dari segi terdapatnya variasi pekerjaan.

Diferensiasi klen adalah perbedaan dari segi terdapatnya bermacam-macam kelompok klen.

Klen adalah satuan kerabat yang dikenal dalam masyarakat unilineal.

Klen masyarakat batak disebut marga, di minang disebut kampuang atau suku.

Bentuk klen ada klen besar dan klen kecil. Klen kecil terdiri dari beberapa keluarga luas.

Klen besar sekelompok besar yang meyakini mempunyai nenek moyang yang sama.

Diferensiasi suku bangsa

Diferensiasi suku bangsa pembedaan masyarakat karena kesukubangsaannya.

Suku bangsa adalah segolongan masyarakat yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan.

Diferensiasi suku bangsa ingin menunjukkan bahwa setiap suku bangsa memiliki sub kulturnya sendiri.\

Dalam hal kekuatan paham kesukubangsaan kadang akan melahirkan sifat negatif seperti (etnosentrisme, primordialisme dan sebagainya)

Primordialisme adalah faham yang selalu mengagung-agungkan kebudayaan nenek moyangnya.